Mesjid Subulussalam Desa Jembayan Dalam Loa Kulu |
Peristiwa Isra-nya Rasulullah Saw dari Mesjid al Haram di Mekkah menunju ke Mesjid al Aqsha di Palestina diabadikan oleh Allah Swt dalam Kalam-Nya pada Surat Al-Isra (17) ayat 1, yaitu: “Maha Suci Allah yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjid Al Haram ke Al Masjid Al Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat”. Sedangkan peristiwa Mi’rajnya Rasulullah Saw telah diabadikan oleh Allah Swt didalam Surat An Najm (53) ayat 13 dan 14, yaitu: “dan Sesungguhnya Muhammad telah melihat Jibril itu (dalam rupanya yang asli) pada waktu yang lain. (yaitu) di Sidratil Muntaha”. Sidratul Muntaha menurut ayat ini adalah tempat yang paling tinggi, yaitu di atas langit ke-7, yang telah dikunjungi Nabi ketika dimi'rajkan.
Ada dua hikmah dan pelajaran penting dari peristiwa Isra dan Mi’raj ini. Yang pertama, peristiwa ini menunjukkan keagungan Islam, ke-Mahakuasa-an dan kebesaran Allah Swt. Allah Swt memberikan gambaran sebagian tanda-tanda kekuasaan-Nya kepada hamba-hamba-Nya. Hamba Allah yang baik ialah orang yang tidak dikendalikan oleh harta ataupun kedudukan sehingga tidak menjadi abdul mal (hamba harta) atau abdul kursi (hamba jabatan). Yang kedua, bagi umat Islam peristiwa Isra Mi’raj merupakan peristiwa yang berharga sebab saat itulah Shalat lima waktu (Shubuh, Zuhur, Ashar, Maghrib dan Isya’) diwajibkan.
Riwayat tentang diperjalankannya Nabi Muhammad Saw pada saat malam dan diangkatnya beliau ke langit untuk bertemu langsung dengan Allah Swt serta menerima perintah kewajiban shalat di lima waktu tercatat dalam Kitab Hadis Shahih Imam Muslim sebagaimana disebutkan berikut.
Dari Anas bin Malik bahwa Rasulullah Saw bersabda: “Aku telah didatangi Buraq, yaitu seekor binatang yang berwarna putih, lebih besar dari Keledai tetapi lebih kecil dari Bighal. Ia merendahkan tubuhnya sehingga perut Buraq tersebut mencapai ujungnya”. Dia bersabda lagi: “Maka aku segera menungganginya sehingga sampai ke Baitul Maqdis”. Dia bersabda lagi: “Kemudian aku mengikatnya pada tiang masjid sebagaimana yang biasa dilakukan oleh para nabi. Sejurus kemudian aku masuk ke dalam masjid dan mendirikan shalat sebanyak dua rakaat. Setelah selesai aku terus keluar tiba-tiba aku didatangi oleh Jibril dengan membawa semangkuk arak dan semangkuk susu, dan aku pun memilih susu. Lalu Jibril berkata, “Kamu telah memilih fitrah”. Lalu Jibril membawaku naik ke langit. Ketika Jibril meminta agar dibukakan pintu, maka ditanyakan “Siapakah kamu?” Jibril menjawab “Jibril”. Ditanyakan lagi “Siapa yang bersamamu?” Jibril menjawab “Muhammad”. Jibril ditanya lagi “Apakah dia telah diutus?” Jibril menjawab “Ya, dia telah diutus”. Maka dibukalah pintu untuk kami. Tiba-tiba aku bertemu dengan Nabi Adam, dia menyambutku serta mendoakanku dengan kebaikan. Lalu aku dibawa naik ke langit kedua. Jibril lalu minta supaya dibukakan pintu. Lalu ditanyakan lagi “Siapakah kamu?” Jibril menjawab “Jibril”. Jibril ditanya lagi “Siapa yang bersamamu?” Jibril menjawab “Muhammad”. Jibril ditanya lagi “Apakah dia telah diutuskan?” Jibril menjawab “Ya, dia telah diutuskan”. Pintu pun dibukakan kepada kami. Tiba-tiba aku bertemu dengan Isa bin Maryam dan Yahya bin Zakaria, mereka berdua menyambutku dan mendoakan aku dengan kebaikan. Aku dibawa lagi naik langit ketiga. Jibril pun meminta supaya dibukakan pintu. Lalu ditanyakan “Siapakah kamu?” Jibril menjawab “Jibril”. Jibril ditanya lagi “Siapakah bersamamu?” Jibril menjawab “Muhammad”. Jibril ditanya lagi “Apakah dia telah diutuskan?” Jibril menjawab “Ya, dia telah diutuskan”. Pintu pun dibukakan kepada kami. Tiba-tiba aku bertemu dengan Nabi Yusuf, ternyata dia telah dikaruniakan dengan kedudukan yang sangat tinggi. Dia terus menyambut aku dan mendoakan aku dengan kebaikan. Aku dibawa lagi naik ke langit keempat. Jibril pun meminta supaya dibukakan pintu. Kedengaran suara bertanya lagi “Siapakah kamu?”. Jibril menjawab “Jibril”. Jibril ditanya lagi “Siapakah bersamamu?” Jibril menjawab “Muhammad”. Jibril ditanya lagi “Apakah dia telah diutuskan?” Jibril menjawab “Ya, dia telah diutuskan”. Pintu pun dibukakan kepada kami. Tiba-tiba aku bertemu dengan Nabi Idris Alaihis Salam dia terus menyambutku dan mendoakan aku dengan kebaikan. Allah berfirman: “(...dan kami telah mengangkat ke tempat yang tinggi darjatnya)”. Aku dibawa lagi naik ke langit kelima. Jibril lalu meminta supaya dibukakan pintu. Kedengaran suara bertanya lagi “Siapakah kamu?” Jibril menjawab “Jibril’. Jibril ditanya lagi “Siapakah bersamamu?”. Jibril menjawab “Muhammad”. Jibril ditanya lagi “Apakah dia telah diutuskan?” Jibril menjawab “Ya, dia telah diutuskan”. Pintu pun dibukakan kepada kami. Tiba-tiba aku bertemu dengan Nabi Harun dia terus menyambutku dan mendoakan aku dengan kebaikan. Aku dibawa lagi naik ke langit keenam. Jibril lalu meminta supaya dibukakan pintu. Kedengaran suara bertanya lagi “Siapakah kamu?” Jibril menjawab “Jibril”. Jibril ditanya lagi ‘Siapakah bersamamu?” Jibril menjawab “Muhammad”. Jibril ditanya lagi “Apakah dia telah diutuskan?” Jibril menjawab “Ya, dia telah diutuskan”. Pintu pun dibukakan kepada kami. Tiba-tiba aku bertemu dengan Nabi Musa dia terus menyambutku dan mendoakan aku dengan kebaikan. Aku dibawa lagi naik ke langit ketujuh. Jibril meminta supaya dibukakan. Kedengaran suara bertanya lagi “Siapakah kamu?” Jibril menjawabnya Jibril”. Jibril ditanya lagi “Siapakah bersamamu’ Jibril menjawab “Muhammad”. Jibril ditanya lagi “Apakah dia telah diutuskan?” Jibril menjawab “Ya, dia telah diutuskan”. Pintu pun dibukakan kepada kami. Tiba-tiba aku bertemu dengan Nabi Ibrahim, dia sedang berada dalam keadaan menyandar di Baitul Makmur. Keluasannya setiap hari bisa memasukkan tujuh puluh ribu malaikat. Setelah keluar, mereka tidak kembali lagi kepadanya (Baitul Makmur). Kemudian aku dibawa ke Sidratul Muntaha. Daun-daunnya besar seperti telinga gajah dan ternyata buahnya sebesar tempayan. Dia bersabda: “Ketika dia menaikinya dengan perintah Allah, maka sidrah muntaha berubah. Tidak seorang pun dari makhluk Allah yang mampu menggambarkan keindahannya karena indahnya. Lalu Allah memberikan wahyu kepada dia dengan mewajibkan salat lima puluh waktu sehari semalam. Lalu aku turun dan bertemu Nabi Musa, dia bertanya “Apakah yang telah difardukan oleh Tuhanmu kepada umatmu?” Dia bersabda: “Salat lima puluh waktu”. Nabi Musa berkata “Kembalilah kepada Tuhanmu, mintalah keringanan karena umatmu tidak akan mampu melaksanakannya. Aku pernah mencoba Bani Israel dan menguji mereka'. Dia bersabda: "Aku kembali kepada Tuhan seraya berkata “Wahai Tuhanku, berilah keringanan kepada umatku”. Lalu Allah Swt mengurangkan lima waktu salat dari dia. Lalu aku kembali kepada Nabi Musa dan berkata Allah telah mengurangkan lima waktu salat dariku”. Nabi Musa berkata umatmu tidak akan mampu melaksanakannya. Kembalilah kepada Tuhanmu, mintalah keringanan lagi. Dia bersabda: “Aku masih saja bolak-balik antara Tuhanku dan Nabi Musa, sehingga Allah berfirman: “Wahai Muhammad! Sesungguhnya aku fardukan lima waktu sehari semalam. Setiap salat fardu dilipatgandakan dengan sepuluh kali lipat. Maka itulah lima puluh salat fardu. Begitu juga barangsiapa yang berniat, untuk melakukan kebaikan tetapi tidak melakukanya, niscaya akan dicatat baginya satu kebaikan. Jika dia melaksanakannya, maka dicatat sepuluh kebaikan baginya. Sebaliknya barangsiapa yang berniat ingin melakukan kejahatan, tetapi tidak melakukannya, niscaya tidak dicatat baginya sesuatu pun. Lalu jika dia mengerjakannya, maka dicatat sebagai satu kejahatan baginya. Aku turun hingga sampai kepada Nabi Musa, lalu aku memberitahu kepadanya. Dia masih saja berkata “Kembalilah kepada Tuhanmu, mintalah keringanan”. Aku menjawab “Aku terlalu banyak berulang-ulang kembali kepada Tuhanku sehingga menyebabkanku malu kepada-Nya”. (Muslim. Shahih Muslim, Hadits Nomor 234)
0 komentar