Pendekatan Total History Dalam Kajian Sejarah Peradaban Islam
Oleh : Mubarak
Dosen Fakultas Agama Islam Universitas Kutai Kartanegara
Abstrak
Sejarah Islam Total History |
Sejarah Peradaban Islam (SPI) sebagai salah satu mata kuliah di perguruan tinggi keagamaan Islam perlu ditampilkan dalam suatu kajian yang komprehensif agar nuansa pembelajaran SPI itu tidak melulu menampilkan wajah politik umat Islam dari masa ke masa, atau mengenai bangkit dan runtuhnya para penguasa Dinasti Islam semata, akan tetapi dapat lebih berdayaguna menjadi wawasan dan sekaligus wahana pengamatan umat Islam sehingga tidak terjerumas ke dalam pemahaman yang sempit didalam mengartikan dinamika kehidupan sosial umat Islam. Total History atau dikenal juga dengan istilah long-term structures (struktur-struktur jangka panjang) adalah pendekatan dan penafsiran-penafsiran yang menampilkan studi secara totalitas mencakup sejarah Islam yang tidak hanya terbatas pada sejarah masyarakat-masyarakat muslim, atau fenomena terhadap doktrin ajaran Islam yang masuk dan berproses ke dalam sebuah masyarakat-kultural dan mewujudkan diri dalam konteks sosial dan kesejarahan tertentu (Islamicate), melainkan dalam konteks sejarah manusia dan peradabannya secara keseluruhan. Melalui pendekatan ini diharapkan kajian SPI lebih komprehensif dengan titik tekannya kepada keanekaragaman interaksi sehingga mampu mengungkap aspek sejarah Islam itu dari berbagai perspektifnya.
Kata Kunci: Islam, Sejarah, Peradaban, Total History
Azyumardi Azra (2002: 219) mengkritik bahwa studi sejarah dan kebudayaan Islam di Indonesia sampai saat ini masih bergerak dalam pengertian yang sempit dengan sudut pandang sejarah politik kaum Muslim di Timur Tengah, mengenai sejarah bangkit dan jatuhnya Dinasti-dinasti Muslim sejak awal Islam sampai tercapainya kemerdekaan negara-negara Muslim seusai Perang Dunia II, serta sejarah para elit penguasa Muslim. Menurutnya, meskipun terdapat sedikit pembahasan pada aspek-aspek non-politis seperti gerakan ilmiah di masa Abbasiyah, tetapi hal ini lebih disoroti dari segi perkembangan politik tanpa mempertimbangkan aspek-aspek kehidupan masyarakat Muslim lebih luas.
Senada dengan kritik Azyumardi Azra di atas, jika mengamati realitas pembelajaran mata kuliah Sejarah Peradaban Islam (SPI) di Perguruan Tinggi Agama Islam (PTAI) selama ini maka kesan yang muncul ke permukaan pertama kali dari pengajaran mata kuliah SPI tersebut adalah pola pengajarannya yang cenderung naratif dengan menguraikan cerita seputar perkembangan sejarah kehidupan umat Islam dari periode klasik, periode pertengahan hingga periode modern. Kesan ini kemudian dipersempit lagi ke dalam pengertian tentang sejarah politik umat Islam beserta periode-periode pertumbuhan dan perkembangan beberapa kerajaan Islam dari Jazirah Arabia sampai ke wilayah Asia Selatan. Bahkan, kesan ini pun akan semakin dipersempit lagi ke dalam pengertian cerita tentang tokoh-tokoh elite penguasa Muslim. Sehingga, secara keseluruhan yang dipahami dari bidang kajian mata kuliah SPI ini hanyalah suatu kajian Islam yang bersifat political oriented. Padahal, jika meninjau kembali tujuan pengajaran mata kuliah SPI, sebetulnya yang diharapkan terjadi pada diri mahasiswa setelah mempelajari bidang kajian SPI ini adalah semakin luasnya wawasan dan kemampuannya di dalam memahami realitas sejarah dan peradaban Islam dari periode klasik, periode pertengahan hingga periode modern. Memiliki kemampuan menganalisa secara kritis berbagai aspek yang berkaitan dengan kehidupan umat Islam terdahulu, dari segi kebudayaan dan peradabannya, berbagai kemajuan yang telah dicapai ataupun fakta tentang kelemahan dan kemunduran Islam berdasarkan faktor-faktor yang menyebabkannya. Mengemukakan beberapa sudut pandangnya terhadap realitas sejarah itu sebagai hasil analisis kritisnya. Dan, pada akhirnya mampu merelevansikan berbagai sudut pandang tersebut ke dalam realitas praksisnya ataupun bagi lingkungan kehidupan sosialnya.
Perlunya menampilkan suatu kajian yang komprehensif dalam kajian SPI menjadi pilihan utama saat ini agar nuansa pembelajaran SPI itu tidak melulu menampilkan wajah politik umat Islam dari masa ke masa, atau mengenai bangkit dan runtuhnya para penguasa Dinasti Islam semata, akan tetapi dapat lebih berdayaguna menjadi wawasan dan sekaligus wahana pengamatan umat Islam sehingga tidak terjerumas ke dalam pemahaman yang sempit didalam mengartikan dinamika kehidupan sosial umat Islam saat ini.
Materi Sejarah Peradaban Islam dan Orientasi Pembelajarannya.
SPI adalah salah satu komponen Mata Kuliah Dasar Keahlian (MKDK) yang bertujuan agar mahasiswa mengetahui dan memahami sejarah peradaban Islam pada periode klasik, periode pertengahan dan periode modern (Yatim, 2002: 6). Mata kuliah SPI sangat bermanfaat bagi mahasiswa baik secara teoritis maupun secara praktis. Secara teoritis SPI bermanfaat bagi mahasiswa agar mereka memiliki wawasan dan ilmu pengetahuan tentang sejarah agama Islam yang mereka anut, mengetahui pertumbuhan dan perkembangan Islam dari Jazirah Arabia sampai merentasi wilayah-wilayah di luar Jazirah Arabia (Tohir, 2004: 9) serta pertemuannya dengan berbagai corak budaya dari etnis dan suku-bangsa yang berbeda-beda, peradaban-peradaban yang dihasilkan oleh umat Islam, orientasi dan kebijakan politik pemerintahan Islam oleh para penguasa muslim, pengembangan ilmu pengetahuan, seni dan teknologi yang diciptakan, serta berbagai pengetahuan teoritis lainnya.
Sedangkan secara praktis, mata kuliah SPI bermanfaat bagi mahasiswa karena mata kuliah ini mampu menangkap isyarat-isyarat yang dipantulkan oleh ‘ibar (contoh moral) dalam kejadian sejarah, dimana upaya ini hanya dapat dilakukan melalui bantuan ilmu lain, yaitu ‘ilm al-‘umran (ilmu kultur) yang bertugas mencari pengertian tentang sebab-sebab yang mendorong manusia bertindak, disamping melacak pemahaman tentang akibat-akibat dari tindakan itu, sebagaimana yang tercermin dalam peristiwa-peristiwa sejarah (Muhaimin, 2009: 277). Dalam lapangan praktis inilah nantinya akan ditemui proses ijtihad, yakni penelaahan secara kritis terhadap catatan-catatan peristiwa, dokumen-dokumen sejarah, serta pandangan-pandangan para sejarawan terhadap setiap peristiwa sejarah itu melalui perspektif pribadi mereka, sehingga dapat ditarik hukum-hukumnya secara umum dan menyaringnya menjadi suatu pelajaran berharga (i’tibar) yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, sebagai hikmah yang terkandung di dalam peristiwa sejarah umat Islam terdahulu. Dan melalui perspektif ini pulalah maka mata kuliah SPI masih dapat dikatakan mungkin untuk disajikan dalam struktur kurikulum IAIN, STAIN ataupun PTAIS di Indonesia, karena mata kuliah ini tidak hanya menjadi tradisi ilmu-ilmu KeIslaman, tetapi juga mampu melatih kemampuan para mahasiswa sebagai peserta didik untuk mengembangkan kerangka pikir (dalam bentuk ijtihad-nya) yang berguna untuk mencapai tujuan-tujuan kehidupan yang bersifat praktikal. Baik dalam posisinya sebagai seorang individu maupun dalam keterkaitannya dengan lingkungan sosial, kehidupan berbangsa dan bernegara.
Oleh karena itu, sebagai bagian yang integral dalam struktur Kurikulum Nasional IAIN dan STAIN Tahun 1997 maka mata kuliah SPI memiliki wilayah kajian yang cukup luas dan kompleks. Luas dan kompleksnya wilayah kajian itu dapat disimak dalam muatan materi pada setiap topik inti perkuliahan SPI, sebagai berikut:
a. SPI sebagai ilmu pengetahuan.
b. Dasar-dasar peradaban Islam.
c. Periodesasi perkembangan peradaban Islam.
2. Arab Pra-Islam
a. Sistem politik dan kemasyarakatan.
b. Sistem kepercayaan dan kebudayaan.
a. Sistem politik dan kemasyarakatan.
b. Sistem kepercayaan dan kebudayaan.
3. Masa Nabi
a. Fase Makkah : sistem dakwah.
b. Fase Madinah : Pembentukan sistem sosial kemasyarakatan, politik, militer, dakwah, ekonomi, dan sumber keuangan negara.
a. Fase Makkah : sistem dakwah.
b. Fase Madinah : Pembentukan sistem sosial kemasyarakatan, politik, militer, dakwah, ekonomi, dan sumber keuangan negara.
4. Masa al-Khulafâ al-Râsyidûn
a. Tsaqîfah Banî Sa’îdah.
b. Sistem politik, pemerintahan dan bentuk negara.
c. Sistem penggantian kepala negara.
d. Khalifah, Amîr al-Mu’minîn, dan Imam.
e. Masa Abu Bakar al-Shiddiq dan Umar ibn al-Khattab.
1) Ahl al-Hâli wa al-‘Aqd.
2) Riddah.
3) Pengembangan Islam sebagai kedaulatan dan kekuatan politik
a) Perluasan wilayah negara.
b) Pemerintahan negara.
c) Sistem militer (penggajian tentara).
d) Harta rampasan perang (ghanîmah).
e) Pertumbuhan ilmu keislaman.
f) Pelimpahan wewenang kepada hakim daerah.
g) Sistem pertanahan.
h) Sistem kependudukan.
f. Fase Usman ibn Affan dan Ali ibn Abi Thalib.
1) Perluasan Wilayah.
2) Pembangunan angkatan laut.
3) Pendewanan dan penetapan Mushaf Usmani.
4) Kekacauan dan konflik politik.
5) Permasalahan masa Ali ibn Abu Thalib.
a) Perang Jamal.
b) Perang Shiffin.
c) Perang Nahrawan.
d) Tahkîm Shiffîn dan perpecahan umat (Syi’ah, Khawarij, dan pendukung Mu’awiyah).
6) Pengangkatan Hasan ibn Ali ibn Abi Thalib dan ‘Am al-Jamâ’ah.
a. Tsaqîfah Banî Sa’îdah.
b. Sistem politik, pemerintahan dan bentuk negara.
c. Sistem penggantian kepala negara.
d. Khalifah, Amîr al-Mu’minîn, dan Imam.
e. Masa Abu Bakar al-Shiddiq dan Umar ibn al-Khattab.
1) Ahl al-Hâli wa al-‘Aqd.
2) Riddah.
3) Pengembangan Islam sebagai kedaulatan dan kekuatan politik
a) Perluasan wilayah negara.
b) Pemerintahan negara.
c) Sistem militer (penggajian tentara).
d) Harta rampasan perang (ghanîmah).
e) Pertumbuhan ilmu keislaman.
f) Pelimpahan wewenang kepada hakim daerah.
g) Sistem pertanahan.
h) Sistem kependudukan.
f. Fase Usman ibn Affan dan Ali ibn Abi Thalib.
1) Perluasan Wilayah.
2) Pembangunan angkatan laut.
3) Pendewanan dan penetapan Mushaf Usmani.
4) Kekacauan dan konflik politik.
5) Permasalahan masa Ali ibn Abu Thalib.
a) Perang Jamal.
b) Perang Shiffin.
c) Perang Nahrawan.
d) Tahkîm Shiffîn dan perpecahan umat (Syi’ah, Khawarij, dan pendukung Mu’awiyah).
6) Pengangkatan Hasan ibn Ali ibn Abi Thalib dan ‘Am al-Jamâ’ah.
5. Masa Umayyah Timur
a. Kebijakan dan orientasi politik.
b. Kedudukan Amîr al-Mu’minîn.
c. Tali ikatan persatuan masyarakat (politik dan ekonomi).
d. Sistem sosial (Arab dan Mawali).
e. Sistem militer.
f. Sistem fiskal.
g. Interregnum Umar ibn ‘Abd al-‘Aziz.
h. Pembangunan peradaban.
i. Sistem peradilan.
j. Perkembangan intelektual, bahasa, dan sastra Arab.
k. Sistem penggantian kepala negara (monarkhi).
l. Pemberontakan : al-Mukhtar ibn Ubaid dan Abdullah ibn Zubair.
m. Keruntuhan Umayah Timur.
a. Kebijakan dan orientasi politik.
b. Kedudukan Amîr al-Mu’minîn.
c. Tali ikatan persatuan masyarakat (politik dan ekonomi).
d. Sistem sosial (Arab dan Mawali).
e. Sistem militer.
f. Sistem fiskal.
g. Interregnum Umar ibn ‘Abd al-‘Aziz.
h. Pembangunan peradaban.
i. Sistem peradilan.
j. Perkembangan intelektual, bahasa, dan sastra Arab.
k. Sistem penggantian kepala negara (monarkhi).
l. Pemberontakan : al-Mukhtar ibn Ubaid dan Abdullah ibn Zubair.
m. Keruntuhan Umayah Timur.
6. Islam di Andalusia
a. Perkembangan politik.
b. Gerakan pembebasan.
c. Masa keamiran.
d. Masa kekhalifahan.
1) Periode Mulûk al-Thowâif.
2) Reconquista.
3) Murabithun.
4) Muwahidun.
5) Kelahiran Banu Ahmar (Granada).
e. Perkembangan peradaban.
1) Pembangunan masjid, istana, perkotaan, pertamanan, dan pemandian umum.
2) Pembangunan pertanian (tebu, tembakau, dan lain-lain), irigasi, industri, perkapalan dan perluasan perdagangan.
f. Perkembangan intelektual, sains, dan teknologi, astronomi, matematika, filsafat, kedokteran, sastra, sejarah dan hukum.
g. Keruntuhan kekuasaan Islam di Andalusia.
a. Perkembangan politik.
b. Gerakan pembebasan.
c. Masa keamiran.
d. Masa kekhalifahan.
1) Periode Mulûk al-Thowâif.
2) Reconquista.
3) Murabithun.
4) Muwahidun.
5) Kelahiran Banu Ahmar (Granada).
e. Perkembangan peradaban.
1) Pembangunan masjid, istana, perkotaan, pertamanan, dan pemandian umum.
2) Pembangunan pertanian (tebu, tembakau, dan lain-lain), irigasi, industri, perkapalan dan perluasan perdagangan.
f. Perkembangan intelektual, sains, dan teknologi, astronomi, matematika, filsafat, kedokteran, sastra, sejarah dan hukum.
g. Keruntuhan kekuasaan Islam di Andalusia.
7. Masa Abbasiyah
a. Kelahiran Abbasiyah.
b. Kedudukan Khalifah.
c. Sistem politik, pemerintahan dan bentuk negara ; Barmaki, Buwaihi, dan Saljuki.
d. Sistem sosial.
e. Orientasi politik.
f. Tali ikatan persatuan (agama dan kosmopolitanisme).
g. Perkembangan peradaban : pembangunan kota, arsitektur, teknologi, industri dan perdagangan.
h. Strategi kebudayaan : rationalitas.
i. Perkembangan intelektual: keagamaan, pendidikan, sains, teknologi, astronomi, matematika, filsafat, kedokteran, ilmu bumi, sejarah, sastera, dan lain-lain.
j. Keruntuhan Abbasiyah.
k. Transmisi peradaban dan kebudayaan muslim ke dunia Barat.
a. Kelahiran Abbasiyah.
b. Kedudukan Khalifah.
c. Sistem politik, pemerintahan dan bentuk negara ; Barmaki, Buwaihi, dan Saljuki.
d. Sistem sosial.
e. Orientasi politik.
f. Tali ikatan persatuan (agama dan kosmopolitanisme).
g. Perkembangan peradaban : pembangunan kota, arsitektur, teknologi, industri dan perdagangan.
h. Strategi kebudayaan : rationalitas.
i. Perkembangan intelektual: keagamaan, pendidikan, sains, teknologi, astronomi, matematika, filsafat, kedokteran, ilmu bumi, sejarah, sastera, dan lain-lain.
j. Keruntuhan Abbasiyah.
k. Transmisi peradaban dan kebudayaan muslim ke dunia Barat.
8. Dinasti-Dinasti
a. Aghlabiyah.
b. Fathimiyah.
c. Ayyubiyah.
d. Murabithun dan Muwahidun
a. Aghlabiyah.
b. Fathimiyah.
c. Ayyubiyah.
d. Murabithun dan Muwahidun
9. Perang Salib dan Invasi Mongol
a. Perang Salib.
b. Invasi Mongol.
a. Perang Salib.
b. Invasi Mongol.
10. Islam di Asia Tenggara
a. Proses Islamisasi.
b. Pertumbuhan lembaga sosial dan lembaga politik.
Pendekatan Total History dalam Kajian Sejarah Peradaban Islam.
Penutup
A. Qodri Azizi. 2003. Pengembangan Ilmu-Ilmu Keislaman. Jakarta: Ditpertais Depag RI dan CV. Aneka Ilmu.
Ajid Tohir. 2004. Perkembangan Peradaban di Kawasan Dunia Islam: Melacak Akar-akar Sejarah, Sosial, Politik, dan Budaya Umat Islam. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.
---------------. 2004. Studi Kawasan Dunia Islam: Perspektif Etno-Linguistik dan Geo-Politik. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.
Azyumardi Azra. 2002. Pendidikan Islam: Tradisi dan Modernisasi menuju Milenium Baru. Jakarta: PT. Logos Wacana Ilmu.
Badri Yatim. 2002. Sejarah Peradaban Islam: Dirasah Islamiyah II. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.
John Lechte. 2001. 50 Filsuf Kontemporer: Dari Strukturalisme sampai Postmodernitas. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
Masdar Hilmy dan Akhmad Muzakki. 2005. Dinamika Baru Studi Islam. Surabaya: Penerbit Arkola.
a. Proses Islamisasi.
b. Pertumbuhan lembaga sosial dan lembaga politik.
c. Perkembangan agama dan peradaban.
Cakupan kajian mata kuliah SPI yang disebut luas dan kompleks di atas merentang dari masalah-masalah yang bersifat semantik (faktor bahasa, berkaitan dengan definisi-definisi), yang pada gilirannya akan mempengaruhi substansi materinya, sampai kepada permasalahan yang bersifat teknis dan praktis, yakni menyangkut hal-hal yang berkaitan dengan aspek metodologis (Azra, 2002: 218). Sehingga, konsekuensi dari semua itu adalah perlunya untuk melakukan kajian SPI secara komprehensif. Menurut Masdar Hilmy dan Akhmad Muzakki (2005: 121) kajian yang komprehensif tentang Islam yang di dalamnya adalah dimensi historisitas dan ideologis, dipandang perlu dengan cara mengkombinasikan antara dua perspektif, yaitu: perspektif tekstual berupa kajian Islam secara doktrinal, meliputi aspek-aspek ideal-normatif, dan perspektif kontekstual berupa interpretasi Islam ideal-normatif ke dalam wacana kesejarahan yang berkaitan dengan ruang dan waktu.
Pengkajian secara komprehensif terhadap mata kuliah SPI tidak cukup hanya dengan memaparkan “cuplikan sejarah Islam” sebagaimana yang diceritakan melalui karya tulis para sejarawan. Lebih dari itu, pengkajian secara komprehensif terhadap mata kuliah SPI membutuhkan bantuan bidang kajian keilmuan lainnya, baik yang berciri khas Islam, ataupun keilmuan umum. Di bidang keilmuan Islam, setidaknya dibutuhkan pengetahuan tentang Tafsir dan Hadis untuk merelevansikan antara perspektif wahyu -yang dalam wujudnya berbentuk Alquran dan Hadis- dengan dinamika kehidupan manusia dan masyarakat secara umum, serta secara khusus berkaitan dengan nilai-nilai kehidupan umat Islam pada sudut pandang normatif. Mengenai hal ini A. Qodri Azizy (2003:13) berpendapat bahwa ilmu-ilmu KeIslaman, pada level produk ijtihad para ulama, tidak lagi hanya identik dengan wahyu, tetapi sudah masuk ke dalam ranah epistemologi, dimana terjadi keseimbangan dalam kajian ilmu-ilmu KeIslaman tersebut antara yang bersifat deduktif (berdasarkan dalil nash) dan yang bersifat induktif (secara empiris melalui akal dan dalil kauniyyah). Sedangkan, di bidang keilmuan umum, untuk menghadirkan kajian yang komprehensif pada mata kuliah SPI, dibutuhkan bantuan ilmu sejarah, filsafat sejarah, historiografi, antropologi sosial dan budaya, sosiologi, ilmu politik dan pemerintahan, pengetahuan tentang sejarah kawasan dan lain sebagainya. Mengenai pemanfaatan bidang keilmuan umum sebagai ilmu bantu menurut A. Qodri Azizi menjadi tuntutan di PTAI guna memahami ulang (reinterpretasi) terhadap ajaran Islam (terutama dalam hal ini bagi dosen dan mahasiswa S-3, sebagai calon doktor). Pemanfaatan bidang keilmuan umum sebagai ilmu bantu dilakukan melalui penelitian-penelitian yang mampu mewujudkan kajian Islam secara kritis-analitis, inovatif dan mampu memberikan sumbangan terhadap ilmu pengetahuan (contribution of knowladge). Adapun yang termasuk dalam kategori ilmu bantu tersebut ialah: ilmu-ilmu sosial, humanities, dan sains-teknologi (Azizy, 2003: 47-48). Dalam kajian mata kuliah SPI secara komprehensif, pemanfaatan ilmu sejarah, filsafat sejarah, historiografi, antropologi sosial dan budaya, sosiologi, ilmu politik dan pemerintahan, pengetahuan tentang sejarah kawasan dan lain-lain termasuk dalam kategori ilmu-ilmu sosial dan humaniora.
Oleh karena itu menurut Azyumardi Azra (2002: 220-221) dalam studi SPI memerlukan analisis yang bersifat long-term structures (struktur-struktur jangka panjang) melalui pendekatan dan penafsiran-penafsiran yang menampilkan studi secara general history atau total history, yaitu : mencakup sejarah Islam yang tidak terbatas hanya pada Islam, sejarah masyarakat-masyarakat muslim, atau Islamicate (yaitu : fenomena terhadap doktrin ajaran Islam yang masuk dan berproses ke dalam sebuah masyarakat-kultural dan mewujudkan diri dalam konteks sosial dan kesejarahan tertentu), melainkan dalam konteks sejarah manusia dan peradabannya secara keseluruhan.
Seluruh pandangan di atas pada intinya ingin mendorong terwujudnya kesamaan persepsi di kalangan peminat kajian sejarah dan peradaban Islam, terutama bagi kalangan akademisi dan praktisi pendidikan tinggi Islam, bahwa dalam mengkaji sejarah dan peradaban Islam melalui mata kuliah SPI membutuhkan sesuatu yang lebih dari hanya sekedar wacana kesejarahan Islam, dengan mengedepankan aspek metodologinya. Sebagai penekanan ke arah ini, para dosen pengampu mata kuliah SPI ketika mengajarkan mata kuliah ini kepada para mahasiswa semestinya berada dalam lingkaran sense of crysis-nya dengan mengajukan metode analisis kritis didalam memahami berbagai wacana dalam wawasan kesejarahan Islam, melakukan reinterpretasi terhadap berbagai perkembangan di bidang budaya dan peradaban Islam, serta secara kontekstual mampu merelevansikan wawasan kesejarahan dan perkembangan kebudayaan serta peradaban Islam itu dalam kehidupan sehari-hari.
Pendekatan Total History dalam Kajian Sejarah Peradaban Islam.
Istilah Total History, sebagaimana disebutkan sebelumnya dengan istilah long-term structures (struktur-struktur jangka panjang), adalah pendekatan dan penafsiran-penafsiran yang menampilkan studi secara totalitas mencakup sejarah Islam yang tidak hanya terbatas pada sejarah masyarakat-masyarakat muslim, atau fenomena terhadap doktrin ajaran Islam yang masuk dan berproses ke dalam sebuah masyarakat-kultural dan mewujudkan diri dalam konteks sosial dan kesejarahan tertentu (Islamicate), melainkan dalam konteks sejarah manusia dan peradabannya secara keseluruhan.
Istilah total history atau long-term structures digunakan pertama kali oleh para sejarawan Annales dengan tokohnya Fernand Braudel (1902-1985) yang bermazhab sejarah struktural dengan menggunakan istilah berbahasa Perancis, yaitu: Longue Durée (Lechte, 2007: 146). Dalam hal ini sejarah dalam pandangan Braudel bukan hanya tindakan manusia di masa lalu, melainkan juga merupakan akibat yang berlangsung secara perlahan dan tidak segera terasakan dari pengaruh ruang, waktu, dan iklim, serta teknologi dan tindakan manusia pada waktu yang lampau sehingga sebagai akibatnya konteks alami dan manusiawinya berpengaruh pada tindakan, sebagaimana tindakan mempengaruhi konteks. Braudel juga mentemporalisasikan unsur-unsur yang sering dianggap seolah-olah tidak berwaktu (tidak terikat dan tergantung pada waktu). Teori Longue Durée sebagai sumbangsih paling penting dalam penulisan sejarah dan ilmu-ilmu sosial bertitikberat lebih global daripada sejarah narasi tradisional, yang menekankan keanekaragaman interaksi sehingga membentuk kesatuan dengan dasar yang luas, yakni gabungan peristiwa yang menghasilkan krisis (conjuncture) dan struktur. Pandangan ini berusaha mengungkap aspek sejarah dari berbagai perspektif dengan upaya memahami pengungkapan berlangsungnya pola-pola praktek dan sederetan diskursus, seperti pola-pola alam dan kegiatan manusia (Lechte, 2007: 147). Selain itu, teori Longue Durée ini diturunkan dari waktu sosial dengan laju yang berbeda-beda, yang di dalamnya bisa terdapat waktu perubahan dalam lingkungan, atau sejarah dalam lajunya yang paling lambat, sehingga teori ini cenderung berorientasi struktural, yang mampu menjelaskan bagaimana berbagai peristiwa -yang bisa ditampilkan dalam deretan statistik- terorganisasi dalam jangka waktu yang berbeda. Hal ini mengisyaratkan sejarah sebagai suatu sistem yang terbuka dimana setiap subsistemnya yang masih bisa dikenali akan bergantung pada lingkungannya (Lechte, 2007: 148). Oleh karenanya, agar wawasannya dapat diterapkan dalam penulisan sejarah, Braudel bersikeras diberlakukannya pendekatan radikal antardisiplin ilmu-ilmu sosial untuk memecahkan masalah yang ditemui sejarawan, sebab menurutnya tidak ada satu disiplin pun yang memiliki monopoli kebenaran, baik tentang eksistensi alam maupun manusia, sehingga semua ilmu-ilmu sosial itu harus dimanfaatkan, karena penting sebuah sejarah yang betul-betul memiliki banyak segi. (Lechte, 2007: 148-149).
Terkait dengan studi sejarah dan peradaban Islam melalui pendekatan total history sebagaimana dijelaskan di atas, Azyumardi Azra mengajukan tiga buah karya monumental dalam kajian Sejarah dan Peradaban Islam yang dapat dijadikan rujukan, yang mewakili zamannya masing-masing, antara lain: Pertama, era klasik diwakili oleh karya monumental Ibn Khaldun dalam karyanya al Muqaddimah. Ibn Khaldun tidak hanya menarasikan kejadian-kejadian masa lampau apalagi membatasinya pada peristiwa-peristiwa politik melainkan membangun kerangka teorinya secara “long term structures” yang membentuk, menentukan atau mempengaruhi perkembangan kebudayaan dan peradaban Islam melalui penjelasan kejadian-kejadian di masa lampau menggunakan ilmu sejarah, geografi, klimatologi, antropologi, etnologi, pedagogi, logika, filsafat, agama, sosiologi, sastra dan lain-lain (Azra, 2002: 220); Kedua, era kontemporer diwakili oleh Marshall G. Hodgson melalui karyanya The Venture of Islam: Conscience and History in a World Civilization. Karya ini berupaya memberikan kategori-kategori yang dapat digunakan untuk memahami sejarah Islam dalam konteks seluruh peradaban dimana terdapat karakteristik-karakteristik struktur dan perkembangan yang umum bagi masyarakat-masyarakat dimana Islam menjadi agama dominan (Azra, 2002: 220-221); serta, Ketiga, usaha lebih akhir di bidang kajian sejarah dan peradaban Islam yang menampilkan pendekatan total history adalah karya Ira Lapidus dengan judul A History of Islamic Societies. Karya ini menampilkan konsep-konsep Islam tentang sifat realitas (hakikat) dan makna pengalaman kemanusiaan yang terdapat dalam Aqur’an dan tafsir-tafsirnya, dan sekaligus dalam pikiran dan perasaan kaum Muslim, yang memberi bentuk bagi institusi-institusi dan gaya hidup masyarakat Muslim. Menurut Lapidus, sejarah Islam adalah sejarah dialog antara ranah simbol-simbol agama dengan dunia realitas sehari-hari, sejarah tentang interaksi antara nilai-nilai Islam dengan pengalaman-pengalaman historis masyarakat Muslim yang berbeda namun saling berkaitan (Azra, 2002: 221).
Berdasarkan paparan di atas maka dapat digarisbawahi bahwa pendekatan total history dalam kajian Sejarah Peradaban Islam berupaya memberikan nuansa kajian sejarah dan peradaban Islam yang komprehensif dengan titik tekannya kepada keanekaragaman interaksi sehingga mampu mengungkap aspek sejarah Islam itu dari berbagai perspektif, seperti mengungkap pola-pola praktek alam dan manusia dalam sederetan diskursus kehidupan kaum Muslim, mengungkap berbagai perubahan dalam lingkungan yang terorganisasi dalam jangka waktu yang berbeda-beda, serta mengenali berbagai subsistem dalam sejarah dan peradaban Islam sebagai suatu sistem. Sehingga, wawasan yang diterapkan dalam sejarah dan peradaban Islam perlu memanfaatkan pendekatan antardisiplin ilmu-ilmu Islam dan ilmu-ilmu sosial.
Penutup
Sebagai akhir tulisan ini dapat disimpulkan bahwa pendekatan total history dalam kajian Sejarah Peradaban Islam diharapkan dapat diterapkan dalam konteks pembelajaran di PTAI namun tidak melulu menampilkan pola pengajarannya yang cenderung naratif dengan menguraikan cerita seputar perkembangan sejarah kehidupan umat Islam dari periode klasik, periode pertengahan hingga periode modern namun dapat lebih kompleks, yakni mencakup sejarah Islam yang tidak terbatas hanya pada Islam, sejarah masyarakat-masyarakat muslim, atau Islamicate, melainkan dalam konteks sejarah manusia dan peradabannya secara keseluruhan.
Untuk itulah maka berbagai aspek di dalam kajian sejarah dan peradaban Islam itu perlu dikenali, yakni yang menjadi tinjauan-tinjauan pendekatan total history berupa perspektif tekstual yang meliputi aspek-aspek ideal-normatif dalam wujud kajian sejarah dan peradaban Islam yang bersifat doktrinal, dan perspektif kontekstual yang bersifat interpretatif, berupa pemahaman terhadap kajian sejarah dan peradaban Islam dalam wujudnya yang ideal-normatif menuju bentuk-bentuk yang terkait dengan ruang dan waktu.
Daftar Pustaka
A. Qodri Azizi. 2003. Pengembangan Ilmu-Ilmu Keislaman. Jakarta: Ditpertais Depag RI dan CV. Aneka Ilmu.
Ajid Tohir. 2004. Perkembangan Peradaban di Kawasan Dunia Islam: Melacak Akar-akar Sejarah, Sosial, Politik, dan Budaya Umat Islam. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.
---------------. 2004. Studi Kawasan Dunia Islam: Perspektif Etno-Linguistik dan Geo-Politik. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.
Azyumardi Azra. 2002. Pendidikan Islam: Tradisi dan Modernisasi menuju Milenium Baru. Jakarta: PT. Logos Wacana Ilmu.
Badri Yatim. 2002. Sejarah Peradaban Islam: Dirasah Islamiyah II. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.
John Lechte. 2001. 50 Filsuf Kontemporer: Dari Strukturalisme sampai Postmodernitas. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
Masdar Hilmy dan Akhmad Muzakki. 2005. Dinamika Baru Studi Islam. Surabaya: Penerbit Arkola.
0 komentar