Mubaraklink.Web.Id - KAHMI Muda, tanpa disengaja istilah ini terlontar di tengah perbincangan saya bersama seorang sahabat yang telah tiada, Almarhum Supriyadi, S.Pd.I., M.Pd. (5 November 1983-2 Agustus 2021). Dalam perbincangan itu Supri menyebut jika alumni muda HMI di Kabupaten Kutai Kartanegara bisa berperan di mana saja dan dengan siapa saja. Awalnya saya tidak mengerti ke mana arah pemikiran Supri tentang KAHMI Muda tersebut. Tetapi, perlahan saya bisa mengikuti alur pikirnya setelah dia memberikan clue tentang jaringan, kiprah, dan kesempatan bagi alumni muda HMI di Kabupaten Kutai Kartanegara untuk berkembang lebih.
Supriyadi bin Jemani |
Pada momentum mengenang kepergiannya, saya berkesempatan untuk melontarkan istilah Supri itu ke tengah-tengah peserta dalam pertemuan virtual melalui aplikasi Zoom. KAHMI Muda saya katakan adalah gagasan brilliant Supri. Dia menduga ada celah keterputusan “memoles” generasi HMI yang tidak dilakukan oleh KAHMI di Kabupaten Kutai Kartanegara, sehingga cenderung berlalu tanpa ada jembatan penghubungnya. Bagi saya yang terlebih dahulu mendengar pemikiran Supri ini tentu ingin meluruskan maksud di balik pemikiran Supri tersebut, sebab KAHMI Muda bukanlah dimaksudkan untuk membuat diferensiasi antargenerasi KAHMI di Kabupaten Kutai Kartanegara. Bagi Supri, KAHMI secara organisatoris, ya tetap KAHMI yang harus tetap diperjuangkan keberadaannya tanpa membedakan antara angota-anggota KAHMI yang tua (baca: senior) dan anggota-anggota KAHMI yang muda (baca: yunior). Sementara KAHMI Muda, hanyalah sebatas istilah Supri untuk meletakkan aksentuasi bagi para yunior anggota-anggota KAHMI yang tengah berkembang maupun tengah bersiap untuk mengorbit. Demikian pula adanya, dalam tataran teknis, KAHMI Muda adalah kader-kader KAHMI di Kabupaten Kutai Kartanegara yang selalu siap menopang organisasi KAHMI di Kabupaten Kutai Kartanegara, yang bergerak di lapangan masing-masing searas dengan perjuangan KAHMI dan HMI.
Tulisan ini didedikasikan untuk sahabat kami semua Almarhum Supriadi, sekaligus sebagai pengantar untuk menuju peringatan 100 hari kewafatannya (dan hari lahirnya yang ke-39 pada tanggal 5 November 2021 nanti). Meski raganya sudah tidak lagi membersamai organisasi KAHMI Kabupaten Kutai Kartanegara, tetapi semangat perjuangannya akan senantiasa bersama KAHMI dan anggota-anggotanya, baik yang Tua maupun yang Muda. Bagi Supri (dan, tentu bagi semua alumni-alumni muda HMI) para Senior alumni HMI adalah Pelita yang akan selalu memberikan terang di tengah jalan yang gelap, tinggal bagaimana alumni-alumni muda HMI itu memberikan apresiasinya kepada para senior alumni HMI.
Biografi Singkat Supriyadi
Supriyadi lahir di Pacitan, hari Sabtu tanggal 5 November 1983. Menilik kalender Hijriyah, tanggal itu bertepatan dengan tanggal 1 Safar 1404, sedangkan menurut kalender Jawa tanggal tersebut jatuh pada Sabtu Kliwon. Supri lahir dari pasangan Jemani dan Sumilah yang merupakan transmigran dari Jawa. Dia adalah anak keempat dari lima bersaudara yang semuanya laki-laki.
Supriyadi dan Ibunda Sumilah |
Masa kecil Supri dihabiskan di Desa Jonggon. Supri bertumbuh dengan pengalaman kampungnya yang saat itu merupakan wilayah pertanian dan perkebunan. Terlahir dari orang tua yang bekerja sebagai Petani menjadikan pengalaman masa kecil Supri sarat dengan pekerjaan di sawah dan kebun. Saban hari sepulang sekolah Supri membantu pekerjaan orang tuanya di sawah atau ngangon sapi milik orang tuanya.
Supri menamatkan pendidikan dasarnya di SDN 028 Desa Jonggon Jaya dan pendidikan menengah pertamanya di SLTPN 3 Loa Kulu Desa Jonggon Jaya. Menurut pengakuan keluarganya, Supri termasuk salah satu anak di desanya yang memiliki kemauan keras untuk sekolah, padahal saat itu di Desa Jonggon belum ada sekolah lanjutan tingkat atas. Setamatnya dari pendidikan menengah pertama, Supri pun melanjutkan pendidikannya ke SMUN 2 di Tenggarong.
Supriyadi di Tengah Persawahan di Desa Jonggon |
Setelah menamatkan pendidikan lanjutan tingkat atasnya, Supri kemudian meneruskan pendidikannya ke jenjang perguruan tinggi. Entah apa yang mendasari pikirannya hingga memilih melanjutkan pendidikan di Fakultas Agama Islam Universitas Kutai Kartanegara (FAI Unikarta) Tenggarong. Meski demikian, berkat kuliah di FAI Unikarta inilah Supri mulai meningkatkan kapasitas dirinya. Sejak belum menjadi mahasiswa, sesungguhnya Supri telah terbiasa mandiri, bahkan dikatakan pernah melakoni pekerjaan serabutan. Dia pernah menjadi pramusaji di Pasar Seni Tenggarong hingga menjual Sembako door to door. Peningkatan kapasitas diri Supri terjadi ketika dia berkenalan dengan HMI. Bakat kepemimpinan Supri mulai terasah di sini. Semasa kuliah, Supri pernah menjadi Pengurus HMI Komisariat FAI Unikarta, Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) FAI Unikarta, hingga menjadi Pengurus HMI Cabang Tenggarong (sekarang Cabang Kutai Kartanegara).
Setelah menamatkan pendidikan Sarjananya (S1) pada tahun 2007, Supri berkesempatan menjadi staf biro di Unikarta. Pada tahun 2009 dia melanjutkan pendidikan Magister (S2) di Pascasarjana Universitas Mulawarman Samarinda dan lulus pada tahun 2011. Keberuntungan Supri, dia pernah bekerja sebagai pengurus FPMLK (Forum Pemerhati Masyarakat Loa Kulu), hingga meniti karirnya sebagai tenaga pengajar di STIE Tenggarong dan Unikarta.
Supriyadi dan Bang Marwan (kanan) mengapit Bang Abdul Rasyid |
Supri pun sukses menapaki karirnya sebagai seorang Politikus di Partai Amanat Nasional (PAN). Mengenai keberhasilannya di dunia politik, Supri pernah berujar bahwa orang yang paling berjasa dalam karirnya di Politik adalah Bang Marwan (Marwan S.P., M.Si., dulunya Ketua DPD PAN Kutai Kartanegara, setelah itu memegang kendali di DPD Nasdem Kutai Kartanegara), sebab saat pertama kali berpartai Bang Marwanlah yang membukakan akses seluas-luasnya untuk Supri untuk beraktifitas politik praktis. Sementara itu, Mentor Politik yang dinilai paling berjasa dalam kehidupan Supri adalah Bang Aswin (Prof. Dr. Ir. H.M. Aswin, M.M.), setidaknya indikator itu diperoleh dari kerapnya Supri ber-‘konsultasi’ dengan beliau untuk urusan politik di Kutai Kartanegara (sebagian informasi ini didapatkan dari salah seorang sahabat karib Supri yaitu Syarifuddin, S.E., M.Si.).
Supriyadi bersama Bang Aswin |
Supri sukses menjadi anggota legislatif dari Partai PAN dari Daerah Pemilihan V di periode pertama (2014-2018) dan periode kedua (2019-2024). Semasa di DPRD Kabupaten Kutai Kartanegara, Supri pernah menjabat sebagai Anggota Komisi I, Wakil Ketua DPRD, Ketua Komisi I, Anggota Badan Anggaran, Anggota Badan Legislasi, dan Anggota Badan Musyawarah.
Supri adalah salah seorang figur kader HMI yang sukses mengamalkan Trisukses HMI: Sukses Kuliah, Sukses Berorganisasi, dan Sukses Berkeluarga. Di akhir hayatnya Supri meninggalkan seorang isteri yang cantik dan dua orang buah hati yang cantik dan tampan, yang keduanya sedang bertumbuh. Ada seorang senior di KAHMI Kutai Kartanegara yang mengatakan kepada kami, karena kehadiran dua orang anak itulah yang menjadi pembuktian kehebatan Supri sebagai seorang laki-laki (Wallâhu A’lam).
Supriyadi dan Sahabat Karibnya Syarifuddin (Asrof) |
Allah Yang Maha Berkehendak. Hari Senin, 2 Agustus 2021 bertepatan dengan tanggal 23 Zulhijjah 1442 H, pada jam 23.30 WITA Supriyadi bin Jemani berpulang, meninggalkan semua kenangan tentang laku kehidupannya selama 38 tahun di dunia. Allah menakdirkan akhir hidup Supri terpapar Covid-19. Tidak ada seorang pun kawan-kawan yang menyangka jika Supri yang selama ini terlihat enerjik dengan mobilitas pekerjaannya yang tinggi, hanya dalam hitungan hari harus mengikhlaskan semua perkara hidupnya di dunia untuk memenuhi panggilan Rabb-nya.
KAHMI Muda dalam Perspektif Supriyadi: Menyoal Personal Branding Alumni Muda HMI
Tidak terpikirkan sebelumnya oleh saya jika istilah KAHMI Muda ini telah dipakai oleh KAHMI di seantero Nusantara. Siapa sangka, istilah KAHMI Muda dilekatkan secara konfrontatif dengan KAHMI Tua. Isu dalam frame KAHMI Muda itu menampilkan sikap konfrontatif adik-adik HMI kepada abang-abangnya, terutama menyangkut kepemimpinan di KAHMI. Sebut saja beberapa tajuk berita berikut: “KAHMI Dinilai Mati Suri, Alumni HMI Deklarasikan KAHMI Muda”; “Menuju MUSDA II MD KAHMI Kota Sorong, Saatnya KAHMUD Ambil Alih Kepemimpinan”; “Kader Muda KAHMI Bolsel ini Tantang Seniornya di Musda”. Tetapi ada pula yang lebih netral dalam tajuk berita “Milad HMI ke-74 Tahun, KAHMI MUDA Ajak Warga Hijau Hitam Gowes Bareng”, dan yang memantapkan diri sebagai jaringan non struktural KAHMI dalam sebuah akun Instagram “@kahmi.muda”.
KAHMI Muda secara faktual demikianlah adanya. Akan tetapi, berbeda maksud KAHMI Muda di atas dengan KAHMI Muda yang dimaksudkan oleh Supri. Menurut persepsi Supri, nampaknya frasa KAHMI Muda itu lebih dimaknainya sebagai personal branding alumni muda HMI –inilah yang saya pahami. Dia -seperti yang saya katakan sebelumnya- memberikan clue tentang jaringan, kiprah, dan kesempatan bagi alumni-alumni muda HMI untuk berkembang lebih. Maksudnya, tentu adalah adanya ruang yang lebih luas dan lebih banyak diberikan kepada alumni-alumni muda HMI, tanpa bermaksud “menyerobot” jaringan, kiprah, dan kesempatan yang telah dimiliki oleh alumni-alumni HMI yang lebih senior. Demikian pula, dia (mungkin) bermaksud agar ruang-ruang kosong yang belum diisi oleh alumni-alumni HMI yang lebih senior, maka slot-slot kosong itu dapat diberikan kepada alumni-alumni HMI yang muda, tetapi tentu tanpa bermaksud berkontestasi dengan alumni-alumni HMI yang lebih tua.
Silaturahmi KAHMI Kutai Kartanegara bersama HMI dan FORHATI Kutai Kartanegara |
Menyoal personal branding, secara teoretik istilah ini dikaitkan oleh Timothy P. O’Brien dengan identitas pribadi seseorang yang mampu menciptakan sebuah respon emosional terhadap orang lain mengenai kualitas dan nilai yang dimiliki orang tersebut (Haroen, 2014:6). Personal branding menjadi suatu identitas yang digunakan dalam mengingat seseorang (Stevani dan Widayatmoko, 2017). Dari penjelasan singkat ini dapat pahami personal branding itu adalah citra diri seseorang yang dikomunikasikan kepada orang lain tentang kepribadian, kemampuan, nilai-nilai, keahlian, perilaku, prestasi, keunikan dan semua hal yang menimbulkan persepsi positif, yang menjadi identitas untuk diingat orang lain.
Berkaitan dengan definisi personal branding di atas, mungkin Supri memahami bahwa alumni-alumni muda HMI adalah generasi muda KAHMI yang masih mudah dibentuk. Setidaknya, polesan aktifitas mereka selama ber-HMI menjadi indikator “pembentukan” ke mana arah kecenderungan alumni-alumni muda HMI itu. Bagi Supri, mereka yang masih fresh ini diberikanlah ruang yang seluas-luasnya dan sebanyak-banyaknya untuk berkembang dan berdinamika di tengah masyarakat, sebagaimana kecenderungan mereka selama ber-HMI. Alumni-alumni muda HMI itu perlu diberikan asupan oleh para senior KAHMI –istilah lainnya “dipoles”- tentang jaringan KAHMI di Nasional-Lokal, didorong untuk berkiprah, dan diberikan kesempatan untuk berkreasi di dalam dinamika sosial bersama jaringan dan kiprah yang telah dilakoninya.
Selanjutnya, dia juga berharap agar KAHMI secara kelembagaan menjadi mercusuar yang memberikan terang di saat gelap, yang memancarkan sinar isyarat untuk membantu navigasi alumni-alumni muda HMI, ke mana arah tuju untuk mencapai pelabuhannya sehingga para kader dapat berlabuh dan menambatkan sauh. KAHMI dalam posisinya ini bukan lagi hanya menjadi wadah bersilaturahmi bagi alumni-alumni muda HMI tetapi menjadi tempat para alumni muda HMI untuk berkonsultasi, hingga berkoordinasi tentang langkah-langkah strategis dan taktis, yang mampu memandu para alumni muda HMI untuk menjalani kiprahnya di masyarakat.
Simpulan
Saya menduga uraian di atas akan menjadi “debatable issue” yang masing-masing orang di KAHMI Kabupaten Kutai Kartanegara akan memiliki persepsi yang berbeda-beda terhadapnya. Tetapi, menurut saya itu malah bagus, sehingga ada sesuatu yang dapat dibincangkan kembali oleh sesama anggota KAHMI Kabupaten Kutai Kartanegara. Terlepas dari benar atau salahnya, anggota-anggota KAHMI Kabupaten Kutai Kartanegara perlu kembali “duduk bersama” dan “serius bersama” untuk memproyeksikan kembali tentang distribusi kader-kader HMI pasca ber-HMI. Terimakasih sahabat kami Supriyadi, meski sederhana buah pikirmu akan menjadi salah satu khazanah pemikiran KAHMI Kabupaten Kutai Kartanegara di masa-masa yang akan datang. Selamat jalan sahabat kami, Laka al-Jannah, Insyâallâh, wa Nasyhadu Annaka min Ahl al-Khaîr.
Referensi
Dewi Haroen. 2014. Personal Branding Kunci Kesuksesan Anda Berkiprah di Dunia Politik. Jakarta: Gramedia.
Stevani dan Widayatmoko. 2017. Kepribadian dan Komunikasi Susi Pudjiastuti dalam Membentuk Personal Branding. Jakarta: Jurnal Komunikasi Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Tarumanagara,Vol. 9, No. 1, Juli 2017, h. 65-73.
Zoom Meeting KAHMI Kabupaten Kutai Kartanegara. Tahlil Kubro dan Doa Bersama Malam ke-7 Membersamai Supriyadi, S.Pd.I, M.Pd. dalam Kenangan. Ahad, 8 Agustus 2021.
0 komentar